Wilayah Rusia berada pada benua
Eropa, khususnya Eropa Timur serta benua Asia di mana Pegunungan Ural menjadi
batas antara kedua benua. Wilayah paling luas adalah Siberia yang umumnya
beriklim tundra. Karena letaknya di belahan bumi yang paling utara, maka
wilayah perairan Rusia umumnya tertutupi es dengan beberapa laut yang bebas es
yakni Laut Barents, Laut Putih, Laut Kara, Laut Laptev dan Laut Siberia Timur
yang merupakan bagian dari Arktik atau kutub utara, serta Laut Bering, Laut
Okhotsk dan Laut Jepang yang merupakan bagian dari Samudra Pasifik.
Rusia memiliki beberapa pulau,
antara lain Novaya Zemlya, daratan Franz-Josef, kepulauan Siberia Baru, pulau
Wrangel di Samudra Arktik, Kepulauan Kuril dan Sakhalin (yang masih
dipersengketakan dengan Jepang). Rusia memiliki beberapa sungai, di antaranya
Sungai Dnephr (perbatasan degan Ukraina) dan Sungai Volga. Selain itu terdapat
Laut Kaspia serta Laut Hitam yang berbatasan dengan Turki. Melalui Selat
Bosphorus dan Selat Dardanela, kapal-kapal Rusia dari Laut Hitam dapat berlayar
menuju Laut Tengah dan Terusan Suez.
Sebagian besar wilayah Rusia berada
di lintang utara. Iklim kutub mempengaruhi wilayah utara mulai dari Arkhangels
hingga Siberia. Iklim 4 musim didominasi musim dingin selama 5 bulan sejak
November–Maret, musim semi bulan April–Mei, musim panas bulan Juni–Agustus, dan
musim gugur bulan September–Oktober.
Rusia merupaka salah satu Negara
yang memimpin dari produksi mineral, dan penguasa dari CIS production dari
rangkaian produksi mineral yang termasuk didalamnya, logam, mineral dan bahan
bakar. Pada tahun 2005 memimpin dalam hal produksi dari komoditi mineral
seperti aluminum; arsenic; asbestos; bauxite; boron; cadmium; cement; coal;
cobalt; copper; diamond; fluorspar; gold; iron ore; lime; lithium; magnesium
compounds and metals; mica scrap, sheet, and flake; natural gas; nickel;
nitrogen; oil shale; palladium; peat; petroleum; phosphate; pig iron; potash;
rhenium; silicon, steel; sulfur; titanium sponge; tin; tungsten; and vanadium.
Pada tahun 2005 nilai dari barang tambang dan bahan baker minyak meningkat 3%,
disbanding dengan tahun 2004 dan pada tahun ini harga barang tambang adan bahan
baker minyak terus cenderung naik.
Produksi didalam pengolahan sektor
mineral ini adalah sangat terpusat karena Negara ini adalah Negara komunis.
Lebih dari 10 mineral ini dikuasai oleh satu perusahaan misalnya, Gazprom
menguasai hamper seluruh produksi natural gas di Russia, Noril’sk Nickel Mining
and Metallurgical Company (MMC) memproduksi hampir lebih dari 90% dari Russian
nickel dan platinum-group metals (PGM), dan ALROSA Company Ltd.
Rusia ini walau berada didaerah yang
tidak banyak sinar mataharinya, dia mempunyai banyak sekali bahan tamabang baik
itu logam, mineral maupun bahn baker minyak seperti aluminum; arsenic;
asbestos; bauxite; boron; cadmium; cement; coal; cobalt; copper; diamond;
fluorspar; gold; iron ore; lime; lithium; magnesium compounds and metals; mica
scrap, sheet, and flake; natural gas; nickel; nitrogen; oil shale; palladium;
peat; petroleum; phosphate; pig iron; potash; rhenium; silicon, steel; sulfur;
titanium sponge; tin; tungsten; and vanadium. Yang semua ini karena pengaruh
adanya platform
Karena Negara rusia adalah merupakan
salah satu Negara yang sudah maju IPTEKnya dan juga SDMnya yang membuat mereka
dapat mengeksploitasi semua kekayaan alamnya terutama barang tambang
mineralnya, sehingga membuat rusia menjadi Negara industri walaupun berada
didaerah lintang tinggi yang sering tertutupi oleh salju.
Berakhirnya Perang Dingin antara Uni Soviet dan
Amerika Serikat ditandai dengan runtuhnya hegemoni Uni Soviet pada tahun 1991.
Keruntuhan ini mau tak mau memunculkan negara-negara baru seperti Rusia salah
satunya yang notabene merupakan bekas negara yang berada di bawah supremasi Uni
Soviet. Sebagai negara yang baru, bukan perkara mudah bagi negara-negara baru
ini untuk bertahan di tengah-tengah negara-negara yang sebelumnya telah lebih
dulu merangkul kedaulatannya. Sebagai salah satu dari negara pecahan dari Uni
Soviet, dalam hal kewilayahannya, Rusia mendapatkan lebih banyak wilayah
teritori dibanding negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya. ‘keistimewaan’
yang dimiliki oleh Rusia ini membuat negara Rusia didaulat sebagai negara yang
diharapkan mampu meneruskan tampuk kekuasaan Uni Soviet seperti sedia kala.
Namun, faktor dan tantangan apa saja yang dihadapi oleh negara ini dalam aspek
geopolitik dan geostrateginya? Kemudian, Rusia yang memang tampak lebih
superior di banding negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya, menjalankan
geostrateginya ke negara-negara seperti Ukraina, Georgia, Ex-Yugoslavia dan Commonwealth
Independent State (CIS). Lantas, mengapa negara-negara tersebut ?
Bagaimanakah geostrateginya?
Semasa kejayaannya, Uni Soviet secara
geografis memiliki luas wilayah yang cukup besar dan luas. Di dalam wilayah Uni
Soviet terdapat kekayaan alam dan sumber daya alam dalam sektor energy yang
begitu melimpah. Maka tak heran mengapa Uni Soviet sempat dinobatkan sebagai heartland
oleh Mackinder dan sempat menjadi incaran Jerman yang haus akan kekuasaan saat
itu. Perpecahan Uni Soviet pada akhirnya membuat Rusia menjadi negara yang
memiliki sumber daya yang terbatas. Tidak seperti sedia kala. Pada dasarnya
penerapan geopolitik baik milik Rusia maupun Uni Soviet, oleh O’Luoghlin dan
Talbort (2005) dinyatakan tidaklah berbeda jauh. Dapat dilihat bahwasanya
disini alasan utama geopolitik Rusia adalah demi pemenuhan kebutuhan sumber
daya energi serta sebagai suatu upaya untuk pembentukan identitas superior
di atas tanah pecahan Uni Soviet tersebut dan mendapatkan pengakuan atas hal
tersebut tak hanya dari sesama negara pecahan Uni Soviet, tetapi juga dunia.
Dapat dilihat bahwasanya Rusia berhasil memenuhi kepentingannya tersebut. Demi
melancarkan dan memuluskan kepentingannya, Rusia lantas membentuk program
pembangunan pemukiman Rusia. Tujuan dari pembangunan pemukiman ini adalah untuk
melakukan reunifikasi bagi seluruh warga Rusia dan Slavia Timur, Belarusia,
Kazakhstan utara, serta Siberia Selatan (O’Loughlin & Talbort, 2005: 24).
Nomor dua setelah Arab Saudi, Rusia dikenal
sebagai produsen minyak terbesar di dunia. Rusia juga dikenal memiliki kekayaan
alam berupa gas alam yang cukup melimpah. Kendatipun demikian, Rusia ternyata
enggan untuk bergabung dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization
of Petroleum Exporting Countries – OPEC), sekalipun Rusia cukup
kaya minyaknya. Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, Rusia kemudian
benar-benar memfungsikan sektor energy minyak dan gas alam tersebut secara
maksimal serta menjadi distributor sekaligus supplier sumber energy minyak dan
gas di seluruh negara di Eropa (O’Loughlin & Talbort, 2005). Hal ini
sebenarnya merupakan sebuah strategi, yang baik memang berada di posisi
strategis ataupun memang dirancang demikian, yang kemudian digunakan untuk
sebagai pengaman kepentingan yang berbalut aspek politik dari Rusia kepada
negara-negara tetangga. Negara tetangga di sini juga termasuk di Asia, bukan
hanya Eropa karena Rusia juga sangat berdekatan dengan Asia. Bahkan beberapa
wilayahnya berada satu daratan dengan Asia. Kekuatan Rusia, eksternal
khususnya, semakin diperkuat dengan keberadaan negara-negara CIS yang
menjadi wilayah penyeimbang di wilayah eksternal Rusia. Walaupun demikian,
hubungan CIS dengan Rusia tidak dapat dikatakan selalu harmonis karena sejak
dari terbentuknya hingga saat ini Rusia tidak pernah menyatakan diri bergabung
secara gamblang. Pro dan kontra dari negara CIS terhadap Rusia juga ada. Dapat
dilihat dari adanya beberapa negara CIS yang mendukung Rusia, sementara
beberapa negara CIS yang lainnya lebih memilih bekerjasama dengan Shanghai
Cooperation Organization (SCO) atau North of Atlantic Treaty Organization
(NATO) (O’Loughlin & Talbort, 2005).
Pada pertemuan mata kuliah Geopolitik dan
Geostrategi sebelum-sebelumnya, telah diketahui bahwa di era globalisasi ini,
fokus geopolitik pun turut bergeser. Bila masyarakat meyakini Uni Soviet
sebagai Heartland
yang harus ditaklukan, maka untuk saat ini, fokusnya beralih pada Asia.
Terlebih pada Asia Tengah. Maka tak heran kemudian Rusia pun juga menganggap
Asia Tengah memiliki arti yang sangat strategis baginya. Bahkan sebelum menjadi
Rusia, Uni Soviet pun mati-matian memperebutkan wilayah Asia Tengah dengan
Inggris. Asia Tengah selalu menjadi layaknya gudang emas dimata negara-negara
besar di dunia. Itulah mengapa banyak negara berlomba-lomba untuk berusaha
mempengaruhi serta mengambil alih pemerintahan baik internal maupun eksternal
dari Asia Tengah. Tak jarang negara besar di dunia ini memanfaatkan isu
kemanusiaan serta isu terorisme sebagai alasannya untuk melakukan intervensi
yang seolah-olah berkedok kemanusiaan. Padahal dibalik itu semua, terdapat
motif inginnya penguasaan wilayahnya, misalnya saja Amerika Serikat yang begitu
getolnya memfokuskan diri pada pengawasan di tanah Timur Tengah dengan
alasan-alasan tersebut dan memanfaatkan seremeh-remehnya momen untuk menohok
negara di Asia Tengah tersebut(merujuk pada pembahasan Geopolitik dan
Geostrategi Amerika Serikat).. Begitu pula bagi Rusia. Rusia begitu getolnya
untuk melakukan penyebaran pengaruh kepada negara-negara di Asia Tengah untuk
dapat mendapatkan apa yang menjadi kepentingannya dari Asia Tengah tersebut.
Yakni sumber Energi Minyak dan Gas.
Kawasan lain yang memiliki arti penting dan
strategis bagi Rusia adalah Georgia. Bila dilihat secara geografisnya, sebagian
wilayah Georgia terletak pada benua Eropa dan sebagian yang lainnya terletak
pada benua Asia. Secara teritori, Georgia di bagian Timur berbatasan dengan
Laut Hitam dan di bagian Selatan berbatasan dengan Pegunungan Kaukus (dalam http://jcpa.org).
Berawal dari keberhasilan kekaisaran Rusia memenangkan Perang Kaukasus yang
bergejolak pada tahun 1817 hingga 1864 membuat Rusia menjadi sedikit banyaknya
menjadi terlibat di dalam negara Georgia karena kekaisaran Rusia berhasil
memenangkan negara Georgia. Seperti negara-negara di bawah Uni Soviet lainnya,
setelah keruntuhan Uni Soviet, Georgia kemudian pada tanggal 9 April 1991
mendeklarasikan kemerdekaannya. Walaupun pernah menjadi satu kesatuan di dalam
tubuh Uni Soviet, tidak lantas membuat hubungan Rusia dan Georgia menjadi
harmonis. Seringkalinya terjadi ketegangan antara Georgia dan Rusia, seperti
yang terjadi pada tahun 2008 yang mana konflik antara kedua berujung pada
terjadinya peperangan walaupun hanya terjadi selama tiga hari (dalam http://jcpa.org).
Berawal dari serangan Rusia ke Ossetia yang dilancarkan pada bulan Agustus
2008, inti permasalahan konflik keduanya sebenarnya adalah perebutan wilayah
Abkhazia dan Ossetia Selatan oleh Rusia dan Georgia. Georgia ini sendiri
merupakan jalur ekspor gas yang mana gas tersebut berasal dari Turkmenistan.
Untuk mendapatkan gas dari atau ke Turkmenistan, di jalur Barat memang harus
melintasi Georgia sebelum akhirnya menuju Turki atau Eropa (dalam http://jcpa.org).
Pada akhirnya, geopolitik dan geostrategi milik
Rusia lagi-lagi dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan akan sumber energi
yang berupa minyak dan gas bumi. Serta sebagai negara pecahan Uni Soviet yang
paling ‘kaya’, Rusia menginginkan adanya pembentukan identitas serta pengakuan
atas supremasinya seperti pada era keemasan Uni Soviet karena kenyataan bahwa
Rusia perlahan-lahan akan kehilangan ‘warisan tahta’ dari Uni Soviet sehubungan
dengan bangkitnya kekuatan India dan Cina serta negara-negara Asia lainnya yang
perlahan namun pasti merangkak naik. Karena itu, Rusia mengikat geopolitiknya
di negara-negara pecahan seperti Georgia, Balkan, dan lain sebagainya yang
memiliki sumber daya terkait. Sekalipun tidak memiliki sumber daya energy
terkait, negara-negara tersebut merupakan jalur emas yang pasti dilalui sebelum
menuju ke sumber energi. Adapun geostrategi yang dirancang oleh Rusia antara
lain adalah pembangunan akses minyak dan pipa gas. Serta, terkait dengan
keinginan menjadi superiornya, Rusia memiliki kontrol penuh atas media,
pembangunan pemukiman Rusia yang juga mampu mereunifikasi antara Rusia dengan
Belarusia, Slavia Timur, Kazakhstan Utara, serta Siberia Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar